Six Sigma adalah salah suatu alat manajemen populer yang digunakan untuk mengganti Total Quality Management (TQM), yang hanya berfokus terhadap pengendalian kualitas dengan mendalami sistem produksi perusahaan secara keseluruhan.
Six Sigma memiliki tujuan lebih luas lagi yaitu untuk menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan mereduksi biaya lebih efisien.
Six sigma juga disebut sistem komprehensif, yang artinya didalamnya sudah terdapat strategi bisnis, penerapan disiplin ilmu, dan sebagai alat untuk mencapai dan mendukung kesuksesan bisnis.
Six Sigma disebut strategi bisnis adalah karena terfokus pada peningkatan kepuasan pelanggan, disebut disiplin ilmu karena mengikuti model formal, yaitu DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) dan alat karena digunakan bersamaan dengan yang lainnya, seperti Diagram Pareto (Pareto Chart) dan Histogram. Kesuksesan peningkatan kualitas dan kinerja bisnis, tergantung dari kemampuan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah. Kemampuan ini adalah hal fundamental dalam filosofi six sigma.
Tahap berikutnya adalah sebuah sinergi yang bernama Lean Six Sigma adalah konsep manajemen operasional yang merupakan sinergi dari Lean dan Six Sigma. Dengan Lean Six Sigma, perusahaan dapat memperoleh “kecepatan” yang dimiliki Lean dan “kualitas” yang dimiliki Six Sigma. Metodologi ini mengarahkan perusahaan kepada eliminasi dari tujuh pemborosan (seven wastes) yang terjadi pada proses manufaktur ataupun jasa, dan perolehan kualitas pada output yang meminimalisir terciptanya produk yang cacat (rata-rata 3.4 cacat per satu juta kesempatan / defects per million opportunities (DPMO)). Tujuannya adalah meningkatkan profit perusahaan, memberikan kemampuan bertahan (sustainability), dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Lean Six Sigma menggunakan konsep fase DMAIC dalam menjalani proses, seperti halnya dalam Six Sigma murni.